Rabu, 18 Juli 2012
Sikap Sorang Pelayan Tuhan.
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Selasa, 17 Juli 2012
ROH KUDUS YANG MEMULIHKAN ELSA WIJAYA
KESAKSIAN PEMULIHAN HIDUP
DALAM SHDR TAHUN 2011
Syallom…
Puji NamaTuhan kasih karunia-Nya
tidak pernah berkesudahan dalam hidup saya,
saya akan berbagi berkat kepada saudara kekasih dalam Tuhan.
Sebelum saya mengikuti SHDR
,hidup saya penuh dengan perbuatan dan sikap yang sangat tidak berkenan di mata
Tuhan ,saya seorang gadis yang malas, sangat pemalu, egois, minder, sombong,bahkan
selalu mengangap rendah orang lain. begitu parahnya sikap hati saya, ditambah
dengan akar pahit yang saya rasakan terhadap keluarga. kesedihan begitu mendalam
yang saya alami membuat saya jenuh menjalani hidup ini.
Kemudian saya mengikuti SHDR di Greja Sungai yordan tahun lalu,saya
benar-benar di berkati oleh seminar ini, hikmat dan pengertian mengenai hidup baru
dalam roh. saya di ajak berkomitmen untuk meninggalkan manusia lama saya.
Dalam sesi terakhir SHDR kami peserta seminar di doakan, lawatan
Tuhan turun atas kami malam itu, saya bergumul dalam hati, Tuhan saya muak
dengan sikap saya.
Saya minta lawatan Tuhan turun
atas saya, saya minta karunia-karunia Roh Kudus dengan kesungguhan hati saya.
Setelah itu lawatan Tuhan semakin luar biasa, saya
menari, melompat, teriak, tertawa kepenuhan Roh Kudus, saya benar-benar menggalami
sukacita yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. saat itu hati saya sangat di
pulihkan, semua kesedihan saya lepas dan
hidup saya di ubahkan. Sekarang saya
menjadi wanita yang fress, saya mendapat anggur yang baru dari Tuhan Yesus, saya
bersemangat menjalani study, pemulihan dengan keluarga, dan pelayanan saya
semakin di berkati.
Untuk
itu saya mengajak saudara yang belum pernah mengikuti seminar ini ,saya yakin
saudara juga akan mengalami berkat Tuhan, jahamahan dan lawatan Tuhan yang sama
bahkan lebih dari saya. GBU J
SIKAP ORANG YANG PERCAYA KEPADA YESUS
Efesus 5:4
(Pnt)
Ada syair
lagu yang berkata: “Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata. “Syair
ini menunjukkan, bahwa perkataan seseorang memegang peranan penting dalam
kehidupannya. Sebabagai orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan mengelami
pemulihan dalam seluruh aspek kehidupan (anak-anak terang), maka
perkataan-perkataan kita harus berbeda dengan yang masih hidup di dalam dosa
dan kegelapan. Dalam ayat ini, ada 3 hal yang mengambarkan tentang bagaimana
seharusnya orang percaya berkata-kata, yakni:
1. Menghindari perkataan yang kotor.
Dalam kebiasaan hidup
sehari-hari, kita akan menemukan, bahwa ada perkataan-perkataan yang tidak
pantas untuk diucapkan, misalnya makin tertentu atau kata-kata yang tidak
pantas diucapkan oleh anak-anak Tuhan. sebagai orang percaya, hendaklah kita
memiliki perkataan-perkataan yang baik, perkataan-perkataan yang memotivasi dan
member kekuatan serta menghindari perkataan yang tidak memuliakan Tuhan! ketika
seseorang sedang marah atau kesal, maka seringkali secara cepat dia
mengungkapkan perkataan-perkataan yang tidak pantas. Hal seperti ini tentunya
jangan sampai dilakukan oleh anak-anak Tuhan.
2. Menghindari perkataan kosong dan sembrono.
Ternyata perkataan
seorang anak Tuhan harus berdampak secara positif kepada orang yang
mendengarnya. Perkataannya harus membangun, menyatakan kebenaran, jujur,
membangkitkan iman dari orang yang lemah dan menyampaikan berita yang positif
untuk memberkati setiap orang yang mendengarnyanya. Sebagai orang percaya,
perkataan kosong yang tidak penting, buang-buang waktu dan tidak punya arti
hendaknya dohindari dalam hidup kita.
3. Ucapkanlah kata-kata syukur!
Perkataan kita akan sangat
mempergaruhi mental dan reaksi tubuh serta semangat hidup kita. Orang yang
terbiasa untuk selalu bersyukur akan melihat sebuah kenyataan, bahwa dia akan
menjadi orang yang mampu menghadapi persoalan apapun dalam hidup ini. Orang
yang bersyukur adalah dia yang selalu percaya akan maksud-maksud Allah yang
mulia di balik segala keadaan yang tidak menyenangkan sekalipun. Ucapan syukur
akan membuat kita lebih berserah kepada Tuhan. perkatan seseorang dapat menjadi
petunjuk apakah ia seorang yang benar-benar hidup sebagai anak-anak terang,
dimana perkataannya adalah perkataan kotor, kosong, sembrono dan penuh keluhan.
Karena itu, seorang anak Tuhan hnedaknya selalu memperhatikan perkataannya
sehari-hari terhadap orang-orang yang bergaul dengannya. Perkataan kita
seharusnya mejadi berkat bagi orang lain, sehingga member dampak positif bagi
setiap orang yang mendengarnya.
Kasih Sejati
(Yoh. 13: 34-35)
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Yoh 13: 34-35 merupakan perintah pertama Kristus bagi para muridNya yang sejati, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi.” Sesungguhnya, inti iman Kristen adalah kasih. Orang dunia sebenarnya menyadari bahwa cinta tak boleh hilang dari hidup manusia. Tanpa cinta, ia pasti mengalami kesusahan dan berubah menjadi orang yang tak sehat secara kepribadian karena tidak mampu mengasihi dan dikasihi. Padahal Tuhan menciptakan manusia dalam relasi kasih. Namun dunia tak pernah mengerti essensi dan sumber kasih. Iman Kristen mengatakan bahwa Allah tidak hanya mengajarkan kasih tetapi Allah adalah kasih. Jadi, orang Kristen yang mengenal Allah, seharusnya juga mengenal dan hidup dalam kasih.
Kasih yang dimengerti secara umum sebenarnya sudah mengalami distorsi, pencemaran dan pergeseran arti. Maka Yoh 13:34 mengatakan, “…supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” Inilah kriteria pertama. Kedua, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35). Dengan kata lain, kasih harus dimanifestasikan secara unik hingga semua orang mengenalnya sebagai ciri murid Kristus. Kedua kualifikasi tersebut yang distandardkan kepada Kristus, membedakan kasih yang dijalankan oleh orang Kristen dan non-Kristen. Maka setiap anak Tuhan seharusnya menggumulkan arti dan kualitas kasih sejati.
Perintah Yesus tentang kasih justru berada di antara 2 berita yang menunjukkan ketiadaan cintakasih sejati yaitu didahului oleh pengkhianatan Yudas dan disertai dengan penyangkalan Petrus. Padahal sebagai murid Kristus, mereka seharusnya sangat memahami kasih. Maka presupposisi yang mendasari perintah tersebut harus dinyatakan dengan tegas, antara lain:
Pertama, orang Kristen belum tentu hidup dan memiliki kasih seperti tuntutan Tuhan. Maka perintah kasih sangat berarti dan significant karena anak Tuhan belum secara sempurna menjalankan kasih sejati serta masih perlu berproses dan diubah. Tuhan menuntut setiap anakNya untuk mengintrospeksi dan menguji diri.
Kedua, kasih seharusnya menjadi the target of life. Dengan demikian, kasih seharusnya mengisi pemikiran atau paradigma terdalam orang Kristen. Banyak aspek, bidang dan pertimbangan dalam hidup manusia namun justru kasih seringkali terlewatkan.
Ketiga, perintah kasih tak boleh dipermainkan karena diberikan dengan keras oleh Tuhan Yesus. Jikalau orang Kristen tidak memanifestasikan kasih maka Kekristenannya perlu dipertanyakan karena justru melalui kasihlah kesaksian Kristen dinyatakan. Orang yang mengasihi dengan sungguh masih memungkinkan untuk marah. Contoh konkret, Tuhan Yesus sangat marah ketika rumah ibadah diperlakukan secara tak wajar. Namun Ia tak bertendency negatif atau bersikap jahat melainkan membuka essensi sesungguhnya. Ketika Kristus memberitakan kebenaran, ada yang bertobat, seperti Nikodemus. Ia mulai mengerti dan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Maka ia berkesempatan untuk dibongkar dan diubah oleh Tuhan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:3).
Langganan:
Postingan (Atom)