Jumat, 17 Agustus 2012
Jumat, 10 Agustus 2012
Mardeka dari Belenggu Kutuk
Teks 5: 1-13
Kata Merdeka pada umumnya erat kaitannya dengan belenggu, penjajahan dan penjara. Kemerdekaan merupakan keadaan yang merubah situasi tidak berdaya karena belenggu, penjajah dan penjara menjadi terbatas dari semua situasi itu, sehingga seseorang yang mengelaminya akan merasa terbatas. Banyak orang dalam kehidupan ini telah “terpencar” oleh berbagai hal, sehingga membuatnya tidak berdaya dan putus asa. Pekerjaan, uang, hobby, masalah dan berbagai hal tertentu dapat terjadi “penjara hidup” seorang, sehingga dia merasa tidak bisa kelauar dari lingkaran tersebut dan ada semacam tuntutan ikatan yang sangat kuat membuat dirinya terbelenggu dengan semua hal tersebut. Situasi ini membuat orang-orang tersebut putus asa dan kehidupan menjadi tidak indah untuk dijalani, sebaiknya kehidupan menjadi beban dan penderitaan yang tak kurang berakhir.
Penelusuran yang cermat terhadap inti dan akar dari berbagai “penjara kehidupan” manusia adalah dosa. Kodrat dosa yang dibawa manusia sejak lahir, telah bermanifestasi dalam berbagai bentk penderitaan fisik, psikis dan spiritual. Tidak ada jalan keluar yang dapat diberikan oleh manusia untuk dapat terlepas dari penderitaan karena dosa. Mengapa? Karena penderitaan dosa akhirnya membawa manusia kepada hukuman kekal di neraka. Tidak ada kekuatan apapun yang mampu membebaskan manusia dari dosa yang telah membelenggunya ( Roma 3:23; Maz.51:7). Berbagai upaya displin melaui puasa, meditasi dan berbagai cara untuk meredam nafsu manusdia supaya terhindar dari perbuatan dosa atau meminimalkan perbuatan yang tidak benar, namun semua upaya manusia gagal dan berujung pada ketidaksanggupan. Masih adalak jalan kelaur untuk ketidakberdayan .
Apa itu merdeka ? Konsep kemerdakaan dalam surat Galatia ini berbeda dengan konsep yang berlaku didunia ini. Jangan kamu mempergunakan kemerdakaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa (ay 13a)
kita merdeka, artinya kita tidak lagi dikuasai dan dibelenggu oleh dosa (ay. 3a)
Kalau kita sungguh sungguh merdeka kita tidak akan hidup lagi dalam dosa. Kita dimerdekakan dari kehidupan dosa. Merdeka artinya adalah mati bagi dosa dan dosa tidak berkuasa lagi atas kita, kita merdeka tidak perlu lagi memberi respons terhadap godaan godaan yang membuat kita terjerumus kedalam dosa. I Pet 2:16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah gunakan kemerdakaan itu untuk menyelubungi kejahatan kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Konsep kemerdekaan Kristen sering diartikan salah oleh orang orang seperti misalnya mereka berkata : “Yang penting ialah kita percaya kepada Yesus dan kita mengikuti kebaktian itu sudah cukup”. Sepertinya hal percaya dan mengikuti kebaktian itu sudah memiliki SIM ( surat izin masuk ) surga, dan dia berhak bersenang senang didunia ini tanpa menghiraukan firman Tuhan yang lainnya. Kemerdekaan Kristen artinya adalah merdeka dari hukuman dan keterikatan dari dosa untuk hidup bagi Tuhan.
Kita merdeka dan tidak lagi diperhamba oleh keinginan daging, bukan keinginan daging yang menguasai kita tetapi kita menguasai daging kita. Kita telah menyalibkan keinginan daging kita, hawa nafsu kita serta keinginan kita sampai mati di kayu salib. Roh Kudus menguasai kita dan hanya mungkin karena roh kudus yang bekerja, dan itulah orang yang sungguh sungguh merdeka.
Mardeka untuk saling melayani ( 13b,15)
Kita tidak hanya merdeka dari kehidupan dosa tetapi kita juga merdeka untuk melayani Tuhan. Wujud dari pelayanan itu dapat dilihat dari hubungan kita sesama manusia mulai dari istri suami anak bapak ibu saudara tetangga jemaat dst. Mengerjakan yang terbaik bagi sesama kita adalah kasih agape dan itu menjadi ciri dari iman yang benar. Kasih agape adalah : kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan kelemah lembutan
Merdeka bukan membuang hukum Taurat. (ay 14)
Tetapi merdeka justru kita menggenapi hukum Taurat. (ay 14) Jadi merdeka bukan berarti membuang hukum Taurat, kita diselamatkan oleh iman karena anugrah, kita dimerdekakan untuk hidup sesuai dengan hukum Taurat sebagai wujud kasih kita kepada Yesus Kristus. Yang keliru adalah kita hidup menurut hukum Taurat untuk membujuk Allah agar memberikan kepada kita tempat di sorga. Jadi hukum Taurat yang menyatakan kehendak Allah.
Apa akibat merdeka dari dbelengu kutuk adalah mengelami hidup yang kekal.kemerdekaan fisik/badaniah yang dinikmati meskipun bersifat sementara. Namun mampu mebius orang untuk rela mengorbankan apa saja, termasuk nyawanya sendiri demi merengkuh kemerdekaan. Apa lagi kemerdedekaan secara jiwani, harusnya keseriusan kita untuk meresponnya lebih dari kemerdekaan yang bersifat badaniah. Hari ini, saya mau tegaskan, bahwa satu-satunya rahsia agar manusia masuk dalam hidup yang kekal bersama Tuhan adalah tatkala dia telah mengelami KEMERDEKAAN SCARA JIWANI. Percaya kepada Yesus dan menjadikan Yesus sebagai penguasa tunggal dalam hidip ini, berarti saudara telah mengelami kemerdekaan jiwani.
Kesimpulan :
Orang Kristen telah dipanggil dalam kemerdekaan itu oleh karena itu akibatnya adalah :
1. Kita merdeka, artinya kita tidak lagi dikuasai dan dibelenggu oleh dosa
2. Kita merdeka, artinya kita diberi kesempatan untuk melayani Tuhan dan melayani sesama.
Kita merdeka, artinya kita mengasihi hukum Taurat dan menjadikan hukum Taurat itu sebagai tuntunan yang menyatakan kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Selasa, 24 Juli 2012
Rabu, 18 Juli 2012
Sikap Sorang Pelayan Tuhan.
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Pendahuluan,
Saat ini banyak orang Kristen
yang melayani dalam berbagai bentuk pelayanan, baik di dalam maupun di luar
gereja. Kita patut menghadapi dan memberikan dukungan kepada setiap orang yang
rindu atau sudah melayani, namun ada hal-hal yang penting yang perlu atau sudah
melayani, namun ada hal-hal yang penting yang perlu dipahami sebagai dasar dari
pelayanan kita kepada Tuhan, sehingga pelayanan kita bukan pelayanan yang
sembarangan dan memiliki motivasi tertentu. Dalam perikop ini, rasul Paulus menjelaskan
tentang dasar-dasar pelayanan yang benar, yakni:
Tema : Sikap Sorang Pelayan Tuhan.
Teks : II Kor. 4:1-12
Kalkun : ada empat sikap seorang pelayan
Tuhan yang diajarkan oleh Rasul Pualus.
- Melayani
karena kemurahan Allah (ay 1). Apabila kita memperhatikan masa lalu kita dan
bagaimana kasih Tuhan yang luar biasa telah mempercayakan pelayanan kepada
kita, maka kita akan disadarkan, bahwa melayani merupakan anugrah dan kemurahan
dari Tuhan untuk kita. Kesempatan melayani merupakan sebuah tugas yang harus
kita lakukan dengan sebuah penerimaan yang sungguh-sungguh dan penuh sukacita.
- Melayani
dengan intergritas yang tinggi ay 2. Pelayanan yang kita lakukan hendaknya
didorong oleh motivasi yang tulus dan jujur, yaitu hanya untuk kemuliaan nama
Tuhan, sehingga hidup kita adalah untuk melayani dan bukan “melayani untuk
hidup”. Seorang pelayanan Tuhan yang memiliki intergritas tinggi, kehidupannya
akan selalu konsesten dengan Firman Tuhan. intergritas seorang hamba Tuhan akan
terlihat dari selarasnya perkataan dan perbuatan sehari-hari.
- Pusat
dan focus pelayanan kita adalah Tuhan Yesus Ay. 3-5. Ketika pelayanan kita
bergeser dari Tuhan Yesus, maka pelayanan tersebut tidak akan mengelami
perkembangan yang berarti dan menjadi tidak Alkitabiah, pelayanan yang sejati
haruslah menghindari focus terhadap diri sendiri dan kebutuhan-kebutuhan
manusia semata. Kristus hendaknya menjadi sentral dari pemberitaan Injil yang
kita sampaikan.
- Kerendahan
Hati Ay. 7-12. Menyadari bahwa hanya kemurahan Kristusn yang telah menerangi
hati dan menyelamatkan hidup kita, maka apapun kelengkapan yang Allah berikan
kepada Kita (karunia atau mujizat), tidak membuat kita sembong dan lupa diri.
Allah seringkali mengijinkan berbagai penderitaan dengan maksud, suapaya kita
tetap mengandalkan Tuhan dan rendah hati (8-9), penderitaan menjadi alat Tuhan
untuk memurnikan motivasi dan kesungguhan pelayanan kita.
Kiranya empat hal ini memotivasi kita
kembali untuk meletakkan pelayanan kita di atas dasar yang benar, sehingga
hanya Tuhan saja yang dipermuliakan lewat setiap pelayanan yang kita lakukan.
Terpujilah nama Tuhan.
Selasa, 17 Juli 2012
ROH KUDUS YANG MEMULIHKAN ELSA WIJAYA
KESAKSIAN PEMULIHAN HIDUP
DALAM SHDR TAHUN 2011
Syallom…
Puji NamaTuhan kasih karunia-Nya
tidak pernah berkesudahan dalam hidup saya,
saya akan berbagi berkat kepada saudara kekasih dalam Tuhan.
Sebelum saya mengikuti SHDR
,hidup saya penuh dengan perbuatan dan sikap yang sangat tidak berkenan di mata
Tuhan ,saya seorang gadis yang malas, sangat pemalu, egois, minder, sombong,bahkan
selalu mengangap rendah orang lain. begitu parahnya sikap hati saya, ditambah
dengan akar pahit yang saya rasakan terhadap keluarga. kesedihan begitu mendalam
yang saya alami membuat saya jenuh menjalani hidup ini.
Kemudian saya mengikuti SHDR di Greja Sungai yordan tahun lalu,saya
benar-benar di berkati oleh seminar ini, hikmat dan pengertian mengenai hidup baru
dalam roh. saya di ajak berkomitmen untuk meninggalkan manusia lama saya.
Dalam sesi terakhir SHDR kami peserta seminar di doakan, lawatan
Tuhan turun atas kami malam itu, saya bergumul dalam hati, Tuhan saya muak
dengan sikap saya.
Saya minta lawatan Tuhan turun
atas saya, saya minta karunia-karunia Roh Kudus dengan kesungguhan hati saya.
Setelah itu lawatan Tuhan semakin luar biasa, saya
menari, melompat, teriak, tertawa kepenuhan Roh Kudus, saya benar-benar menggalami
sukacita yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. saat itu hati saya sangat di
pulihkan, semua kesedihan saya lepas dan
hidup saya di ubahkan. Sekarang saya
menjadi wanita yang fress, saya mendapat anggur yang baru dari Tuhan Yesus, saya
bersemangat menjalani study, pemulihan dengan keluarga, dan pelayanan saya
semakin di berkati.
Untuk
itu saya mengajak saudara yang belum pernah mengikuti seminar ini ,saya yakin
saudara juga akan mengalami berkat Tuhan, jahamahan dan lawatan Tuhan yang sama
bahkan lebih dari saya. GBU J
SIKAP ORANG YANG PERCAYA KEPADA YESUS
Efesus 5:4
(Pnt)
Ada syair
lagu yang berkata: “Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata. “Syair
ini menunjukkan, bahwa perkataan seseorang memegang peranan penting dalam
kehidupannya. Sebabagai orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan mengelami
pemulihan dalam seluruh aspek kehidupan (anak-anak terang), maka
perkataan-perkataan kita harus berbeda dengan yang masih hidup di dalam dosa
dan kegelapan. Dalam ayat ini, ada 3 hal yang mengambarkan tentang bagaimana
seharusnya orang percaya berkata-kata, yakni:
1. Menghindari perkataan yang kotor.
Dalam kebiasaan hidup
sehari-hari, kita akan menemukan, bahwa ada perkataan-perkataan yang tidak
pantas untuk diucapkan, misalnya makin tertentu atau kata-kata yang tidak
pantas diucapkan oleh anak-anak Tuhan. sebagai orang percaya, hendaklah kita
memiliki perkataan-perkataan yang baik, perkataan-perkataan yang memotivasi dan
member kekuatan serta menghindari perkataan yang tidak memuliakan Tuhan! ketika
seseorang sedang marah atau kesal, maka seringkali secara cepat dia
mengungkapkan perkataan-perkataan yang tidak pantas. Hal seperti ini tentunya
jangan sampai dilakukan oleh anak-anak Tuhan.
2. Menghindari perkataan kosong dan sembrono.
Ternyata perkataan
seorang anak Tuhan harus berdampak secara positif kepada orang yang
mendengarnya. Perkataannya harus membangun, menyatakan kebenaran, jujur,
membangkitkan iman dari orang yang lemah dan menyampaikan berita yang positif
untuk memberkati setiap orang yang mendengarnyanya. Sebagai orang percaya,
perkataan kosong yang tidak penting, buang-buang waktu dan tidak punya arti
hendaknya dohindari dalam hidup kita.
3. Ucapkanlah kata-kata syukur!
Perkataan kita akan sangat
mempergaruhi mental dan reaksi tubuh serta semangat hidup kita. Orang yang
terbiasa untuk selalu bersyukur akan melihat sebuah kenyataan, bahwa dia akan
menjadi orang yang mampu menghadapi persoalan apapun dalam hidup ini. Orang
yang bersyukur adalah dia yang selalu percaya akan maksud-maksud Allah yang
mulia di balik segala keadaan yang tidak menyenangkan sekalipun. Ucapan syukur
akan membuat kita lebih berserah kepada Tuhan. perkatan seseorang dapat menjadi
petunjuk apakah ia seorang yang benar-benar hidup sebagai anak-anak terang,
dimana perkataannya adalah perkataan kotor, kosong, sembrono dan penuh keluhan.
Karena itu, seorang anak Tuhan hnedaknya selalu memperhatikan perkataannya
sehari-hari terhadap orang-orang yang bergaul dengannya. Perkataan kita
seharusnya mejadi berkat bagi orang lain, sehingga member dampak positif bagi
setiap orang yang mendengarnya.
Kasih Sejati
(Yoh. 13: 34-35)
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Pdt. Petrus Sudianus, S.Th
Yoh 13: 34-35 merupakan perintah pertama Kristus bagi para muridNya yang sejati, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi.” Sesungguhnya, inti iman Kristen adalah kasih. Orang dunia sebenarnya menyadari bahwa cinta tak boleh hilang dari hidup manusia. Tanpa cinta, ia pasti mengalami kesusahan dan berubah menjadi orang yang tak sehat secara kepribadian karena tidak mampu mengasihi dan dikasihi. Padahal Tuhan menciptakan manusia dalam relasi kasih. Namun dunia tak pernah mengerti essensi dan sumber kasih. Iman Kristen mengatakan bahwa Allah tidak hanya mengajarkan kasih tetapi Allah adalah kasih. Jadi, orang Kristen yang mengenal Allah, seharusnya juga mengenal dan hidup dalam kasih.
Kasih yang dimengerti secara umum sebenarnya sudah mengalami distorsi, pencemaran dan pergeseran arti. Maka Yoh 13:34 mengatakan, “…supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” Inilah kriteria pertama. Kedua, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35). Dengan kata lain, kasih harus dimanifestasikan secara unik hingga semua orang mengenalnya sebagai ciri murid Kristus. Kedua kualifikasi tersebut yang distandardkan kepada Kristus, membedakan kasih yang dijalankan oleh orang Kristen dan non-Kristen. Maka setiap anak Tuhan seharusnya menggumulkan arti dan kualitas kasih sejati.
Perintah Yesus tentang kasih justru berada di antara 2 berita yang menunjukkan ketiadaan cintakasih sejati yaitu didahului oleh pengkhianatan Yudas dan disertai dengan penyangkalan Petrus. Padahal sebagai murid Kristus, mereka seharusnya sangat memahami kasih. Maka presupposisi yang mendasari perintah tersebut harus dinyatakan dengan tegas, antara lain:
Pertama, orang Kristen belum tentu hidup dan memiliki kasih seperti tuntutan Tuhan. Maka perintah kasih sangat berarti dan significant karena anak Tuhan belum secara sempurna menjalankan kasih sejati serta masih perlu berproses dan diubah. Tuhan menuntut setiap anakNya untuk mengintrospeksi dan menguji diri.
Kedua, kasih seharusnya menjadi the target of life. Dengan demikian, kasih seharusnya mengisi pemikiran atau paradigma terdalam orang Kristen. Banyak aspek, bidang dan pertimbangan dalam hidup manusia namun justru kasih seringkali terlewatkan.
Ketiga, perintah kasih tak boleh dipermainkan karena diberikan dengan keras oleh Tuhan Yesus. Jikalau orang Kristen tidak memanifestasikan kasih maka Kekristenannya perlu dipertanyakan karena justru melalui kasihlah kesaksian Kristen dinyatakan. Orang yang mengasihi dengan sungguh masih memungkinkan untuk marah. Contoh konkret, Tuhan Yesus sangat marah ketika rumah ibadah diperlakukan secara tak wajar. Namun Ia tak bertendency negatif atau bersikap jahat melainkan membuka essensi sesungguhnya. Ketika Kristus memberitakan kebenaran, ada yang bertobat, seperti Nikodemus. Ia mulai mengerti dan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Maka ia berkesempatan untuk dibongkar dan diubah oleh Tuhan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:3).
Langganan:
Postingan (Atom)